PASURUAN – Warga Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, dibuat resah oleh kemunculan nama yang tiba-tiba mencuat ke publik: “Ki Ageng Suryo Pamungkas.” Nama yang terdengar seperti tokoh pewayangan atau leluhur legendaris ini mendadak muncul pasca peringatan 1 Suro lalu, tanpa jejak sejarah, budaya, atau keterkaitan dengan tokoh adat setempat.
Keresahan ini disampaikan melalui Email yang diterima redaksi dari seorang warga, yang identitasnya kami rahasiakan. Ia menegaskan bahwa selama hampir 40 tahun tinggal di wilayah tersebut, belum pernah mendengar satu pun informasi tentang sosok bernama Ki Ageng Suryo Pamungkas.
“Nama itu terdengar mengada-ada. Tiba-tiba muncul begitu saja, seolah sudah menjadi tokoh penting. Padahal kami tidak pernah mengenalnya, apalagi melihat kontribusinya di masyarakat,” ujar warga tersebut dengan nada heran. Sabtu (5/7/25).
Nama tersebut diketahui muncul melalui salah satu media online, Carut3.com, media yang bahkan tak dikenal luas di kalangan warga Pasuruan. Hal ini justru menimbulkan kecurigaan publik, apakah kemunculan nama tersebut hanya sebatas “pencitraan spiritual” atau branding tokoh instan?
Sejumlah tokoh masyarakat lokal pun menyatakan hal serupa, tidak pernah mendengar nama tersebut dalam musyawarah desa, catatan adat, maupun dokumen sejarah daerah.
“Kami menduga ini hanyalah upaya membangun identitas palsu. Seolah punya garis keturunan luhur, padahal tanpa bukti historis,” tambah warga lain yang tak bisa menyembunyikan tawa dalam pesan email yang masuk ke Redaksi.
Fenomena ini menjadi potret kekhawatiran sosial baru, di mana nama yang seolah-olah sakral dan ‘bersejarah’ bisa dimunculkan secara instan, tanpa akar budaya atau pengakuan komunitas. Nama besar menjadi alat simbolik untuk menanamkan wibawa, bahkan mungkin untuk kepentingan pribadi atau politik.
Pengamat sosial-budaya asal Surabaya, Munandar Ali Muhammad, S.H., menyebut kemunculan tokoh-tokoh fiktif dengan gelar karbitan sebagai bagian dari “gejala budaya instan”, satu bentuk manipulasi identitas yang makin marak terjadi.
“Identitas semestinya dibangun dari perjalanan hidup, kontribusi nyata, dan pengakuan masyarakat. Tapi kini, cukup dengan menyematkan nama bombastis, seseorang bisa tampil seolah tokoh penting,” ujarnya.
Ali menambahkan, ia bersama tim advokat dari Surabaya berencana turun langsung ke lapangan untuk menggali lebih dalam keresahan warga serta menelusuri motif di balik kemunculan nama misterius ini.
“Hingga berita ini diturunkan, redaksi masih terus menelusuri informasi dan berupaya mengonfirmasi kebenaran nama tersebut kepada berbagai pihak terkait, termasuk tokoh masyarakat, aparat pemerintah, serta pihak kepolisian.” (Tim Redaksi)








